Menjelang tengah malam, saat
bulan bulat dan bersinar terang, di Ramadlan ini, ada sesuatu yang berbeda. Ngobrol
santai di teras madrasah, terceletuk bahwa hidup itu pada prinsipnya kok hanya
bersumber dari ngenean dan ngonoan. Bahasa ngenean dan ngonoan berasal
dari bahasa Jawa yang berarti beginian
dan begituan itu memiliki makna dan interpretative yang bermacam-macam. Namun,
sepertinya pada malam itu dimaknai bahwa hidup sepertinya hanya digunakan untuk
bekerja untuk mencari uang (ngenean),
dan hasilnya digunakan untuk berkumpul dengan keluarga, khususnya istri (ngonoan). Kalau boleh ditarik kesimpulan
yang lebih radikal, bisa dimaknai bahwa hidup itu hanya untuk “uang” dan “sex”.
Apakah memang hanya sekedar itu
ya hidup ini? Kalau dipikir-pikir, bisa jadi “ya”. Berangkat kerja pukul 3
pagi, naik bus ke tempat tujuan jam 07.30 WIB, bekerja, mengerjakan tugas
kantor sampai sore. Akhir pekan pulang menemui anak istri. Membawa hasil jerih
payah untuk keluarga. Istri senang, dapat oleh-oleh dari suami tercinta.
Oleh-oleh yang fisik dan juga “fisik” lainnya. Dobel bonus… mantaaappp.. lalu
berangkat lagi di awal pekan, dan begitu seterusnya… Tidak perduli di hadang
dengan jarak dan waktu.. berapapun kilometer, kan ditempuh, untuk mengusung
tugas demi “umat”, dan berhasil mendapatkan hasilnya untuk dibawa pulang…
Itu kalau pas bertemu dengan
keluarga yang bagus. Ada juga berita di www.yahoo.com
yang berjudul bahwa “layanan
seks, gratifikasi model baru”. Tentu berita ini mengisyaratkan bahwa hidup
itu untuk mendapatkan uang dan ditasarufkan
pada ranjang. Hemmm… berita yang mencengangkan.. namun begitulah kenyataan.
Sigmund Freud, juga mengisyaratkan hal yang sama juga. Namun pertanyaan yang
paling mendasar apakah memang hidup itu hanya untuk itu? Sepertinya kok terlalu
kurang sempurna hidup ini. Ada yang hilang dalam mindset kalau hanya berfikiran bahwa hidup itu hanya untuk ngenean dan ngonoan, “ibadah”. Tapi tidak mudah memang, menata niat agar hidup
tidak sekedar ngenean dan ngonoan. Tidak sekedar relasi horizontal
saja yang terbangun, sisi vertikal juga menjadi bagian way of life.. semoga saya bisa mengimplementasikannya…
0 comments:
Post a Comment